PENERAPAN METODE DISKUSI DAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KELAS | fisikadansains

creative learning



 
 Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam metode pembelajaran. Dimana setiap model pembelajaran memiliki keunggulan tersendiri dan karakteristik yang tersendiri pula. Bila kemarin saya telah memposting makalah tentang metode-metode pembelajaran kini saya akan lebih berfokus pada metode diskusi atau cooperative learning, dimana batasan masalah yang akan saya ambil disini adalah pengertian dari metode diskusi itu sendiri, kelebihan metode diskusi , jenis-jenis diskusi dan saran-saran seputar penerapan metode diskusi /cooperative learning. Bila anda tertarik mempalajari metode ini ataupun ingin mencari tahu cara membangun diskusi kelas yang baik  maka saya ucapkan silahkan membaca.

.
cooperation grup
Diskusi   sebagai   metode   pembelajaran   adalah    proses pelibatan  dua orang peserta atau lebih   untuk   berinteraksi saling   bertukar   pendapat,  dan atau   saling   mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah  sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran   yang  menggunakan metode diskusi   merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).   Manakala salah satu diantara siswa  berbicara,   maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya  aktif mendengarkan.   Siapa   yang   berbicara   terlebih   dahulu   dan begitu  pula   yang menanggapi, tidak harus   diatur   terlebih dahulu. Dalam  berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban   temannya   atau
berkomentar   terhadap   jawaban   yang diajukan   siswa   lain. Demikian   pula  mereka   kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara,  sebagai   nara sumber. Dalam penentuan pimpinan   diskusi, anggota   kelompok  dapat   menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri.   Sehingga melalui  metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
Mc.Keachie   dan Kulik (Gage dan Berliner,   1984:   487), menyebutkan   bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir  tingkat tinggi, pengembangan   sikap   dan pemertahanan motivasi, lebih baik  dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan  kesempatan anak untuk   lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik  yang bersifat langsung. Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil   penelitiannya,   dibanding metode ceramah, metode diskusi   dapat meningkatkan   anak dalam  pemahaman konsep   dan   keterampilan memecahkan   masalah. Tetapi dalam  transformasi   pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat  dibanding   penggunaan   ceramah. Sehingga metode ceramah lebih   efektif  untuk meningkatkan   kuantitas   pengetahuan anak dari   pada   metode diskusi. 


    Hasil-hasil   penelitian tentang penggunaan metode   diskusi kelompok
oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner   (Davies, 1984:237--239) dapat
disimpulkan dalam rangkuman berikut.

a.    Mengenai   soal-soal   yang   berisiko,   keputusan   kelompok lebih radikal
dari pada keputusan perorangan.
b.     Kalau ada pelbagi pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, maka
    pemecahan kelompok lebih tepat daripada   pemecahan   perorangan;
    tetapi tidak   selalu   demikian   kalau soalnya biasa-biasa saja.
c.     Kalau   bahan   persoalan bukan materi baru,   dan   anggota-anggota kelompok mempunyai keterampilan dalam   memecahkan soal-soal   sejenis, pemecahan kelompok lebih   baik   dari pemecahan   oleh   anggota   masingmasing,   tetapi   kadang-kadang   pemcahan   anggota yang paling cerdas lebih   baik lagi.
d.     Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan,     melainkan penolakan terhadap pendekatan   yang tidak   masuk   akal.     (Konklusi ini   tidak   berlaku   untuk "brain storming").
e.    Yang   memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok,   ialah siswa-siswa yang lemah dalam pemecahan soal.
f.     Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan   memecahkan sebuah soal, kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secara individual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu.
g.     Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota   saling   percaya   dan   bekerjasama dengan   baik,   maka kelompok dapat   bekerja   lebih   cepat daripada kerja perorangan.
h.     Kehadiran   orang   luar   mempengaruhi   prestasi    anggota-anggota
kelompok. Kalau kelompok itu bekerjasama   secara harmonis,   dan orang luar bergabung dengan kelompok,   hal itu   mempunyai   pengaruh positif; kalau   kerja   sama   itu tidak   harmonis,   maka kehadiran itu   merusak, jika   dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
i.     Dengan   metode   diskusi   perubahan   sikap   dapat   dicapai dengan lebih     baik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap   yang diharapkan.     Metode diskusi juga   paling   baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasi     atau perubahan.
j.     Kalau   dipakai   struktur pembahasan   yang   cocok   dengan tugas,   dan
    cukup waktu untuk   meninjau   persoalan   dari segala   segi,   serta jika
    anggota-anggota   tidak   saling mengevaluasi, maka diskusi kelompok
    terbukti lebih   kreatif   daripada   belajar perorangan.   (Kondisi-kondisi ini terdapat pada "brain storming") Bertolak   dari hasil-hasil penelitian tersebut di   atas menyokong asumsi bahwa keunggulan metode   diskusi   terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran   tingkat   tinggi dan tujuan pembelajaran   ranah   afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan   pembelajaran   yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan   modifikasi sikap,   serta (3) pemecahan masalah (Gall dan   Gall,   dalam Depdikbud, 1983:28). 

Pembentukkan   dan   modifikasi   sikap   merupakan   tujuan diskusi yang berorientasi pada isu yang sedang   berkembang. Diskusi   yang bertujuan membentuk atau   memodifikasi   sikap ini, dimulai dengan guru mengajukan permasalahan atau sejumlah peristiwa yang menggambarkan isu yang ada dalam masyarakat (seperti: kolusi dalam suatu lembaga, pelecehan seksual, gerakan   disiplin nasional, penggusuran, dan   lain   sebagainya).   Guru atau pimpinan kelompok selanjutnya meminta   pandangan   dari   anggota kelompok untuk   menemukan   alternatif-alternatif pemecahan masalah isu tersebut. Komentar-komentar terhadap masalah atau jawaban masalah dapat diberikan anggota   kelompok maupun pimpinan kelompok. Selama   diskusi berlangsung, pemimpin diskusi mencoba memperoleh penajaman   dan klarifikasi   yang   lebih baik tentang   isu   tersebut   dengan memperkenalkan contoh-contoh yang berbeda, dan   menggerakkan para anggota diskusi
mengajukan pernyataan-pernyataannya.

Pemecahan Masalah sebagai Tujuan Diskusi Pemecahan masalah   merupakan tujuan utama dari   diskusi (Maier, dalam   Depdikbud,   1983:29).   Masalah-masalah   yang tepat untuk pembelajaran dengan metode diskusi adalah   masalah yang menghasilkan banyak alternatif pemecahan. Dan   juga masalah yang mengandung banyak variabel. Banyaknya   alternatif   dan atau variabel tersebut dapat memancing anak   untuk berfikir. Oleh karena itu, masalah untuk diskusi yang pemecahannya tidak menuntut anak untuk berfikir, misalnya   hanya menuntut anak untuk menghafal, maka masalah tersebut   tidak cocok untuk didiskusikan.
Menurut   Maiyer (Depdikbud,1983:29)   dalam   diskusi kelompok kecil, dapat meningkatkan siswa untuk berpartisipasi   dalam memecahkan masalah. Untuk itu, bilamana   guru   menginginkan keterlibatan anak secara maksimal dalam   diskusi, maka   jumlah   anggota kelompok   diskusi   perlu diperhatikan guru. Jumlah anggota kelompok diskusi yang mampu memaksimalkan   partisipasi   anggota adalah antara 3--7  anggota.   Dari hasil pengamatan, kelompok diskusi yang   jumlah   anggotanya antara 3--7 itu saja, anggota yang diduga kurang berpartisipasi   penuh berkisar 1--2 orang. Dalam diskusi dengan jumlah anggota yang relatif kecil memungkinkan setiap anak memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi. Masalah atau isu yang dijadikan topik diskusi hendaknya yang   relevan dengan minat anak. Masalah diskusi yang   cocok dengan minat anak dapat mendorong keterlibatan   mental dan keterlibatan emosional siswa secara optimal

Melalui penggunaan metode diskusi, siswa juga mendapat kesempatan untuk latihan   keterampilan   berkomunikasi   dan keterampilan   untuk mengembangkan strategi berfikir   dalam memecahkan   masalah.    Namun demikian   pembelajaran   dengan metode diskusi semacam ini keberhasilannya sangat bergantung pada anggota kelompok itu sendiri dalam memanfaatkan kesempatan untuk berpatisipasi dalam pembelajaran. Untuk   meningkatkan
proses diskusi,   peranan   pemimpin diskusi   sangat menentukan
.
    Pemimpin diskusi bertugas   untuk mengklarifikasi   topik yang tidak jelas. Jika diskusi   tidak berjalan, pemimpin diskusi berkewajiban mengambil inisiatif dengan melontarkan   ide-ide yang dapat   memancing   pendapat peserta diskusi. Demikian pula bila terjadi ketegangan dalam proses   diskusi, tugas pemimpin   diskusi   adalah meredakan ketegangan.   Tidak   jarang pendapat-pendapat   dalam   diskusi menyimpang dari   topik utama, karena itu pemimpin   diskusi bertugas untuk mengembalikan pembicaraan kepada topik utama diskusi.
Pemilikan pengetahuan secara umum tentang masalah   yang didiskusikan adalah  prasyarat agar   setiap   peserta   mampu mengemukakan pendapat. Diskusi tidak akan berhasil   manakala peserta   diskusi   belum memiliki   pengetahuan   yang   menjadi masalah   yang   didiskusikan.   Dalam diskusi   formal,   untuk membekali   pengetahuan peserta, disajikan   terlebih dahulu makalah yang disusun oleh salah satu peserta diskusi.
    Tujuan penyajian   makalah adalah untuk membuka wawasan dan pikiran peserta agar mampu memberikan pendapatnya.

Beberapa Jenis Diskusi

a.     Diskusi Kelompok Besar (Whole Group Discussion. Jenis diskusi kelompok
    besar dilakukan dengan memandang kelas sebagai satu kelompok. Dalam
    diskusi ini, guru sekaligus   sebagai   pemimpin   diskusi. Namun   begitu,
    siswa   yang dipandang   cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai   pemimpin
    diskusi. Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin   diskusi, guru
    berperan dalam memprakarsai   terjadinya diskusi.   Untuk itu,   guru dapat
    mengajukan permasalahan-permasalahan   serta mengklarifikasinya
    sehingga mendorong anak untuk   mengajukan pendapat.   Dalam diskusi
    kelompok besar, tidak   semua   siswa menaruh   perhatian yang sama,
    karena itu tugas guru   sebagai pemimpin diskusi untuk membangkitkan
    perhatian anak terhadap masalah yang sedang didiskusikan. Di samping
    itu, distribusi siswa   yang   ingin   berpendapat   perlu   diperhatikan.   Dalam
    diskusi kelompok   besar, pembicaraan sering didominasi   oleh anak-anak
    tertentu. Akibatnya tidak semua anak berkesempatan untuk
    berpendapat. Untuk menghindari keadaan itu,   pemimpin diskusi perlu
    mengatur distribusi pembicaraan. Tugas terberat   bagi   pemimpin   diskusi
    adalah   menumbuhkan   keberanian peserta untuk mengemukakan
    pendapatnya. Dalam praktek, tidak sedikit   anak-anak   yang   kurang
    berani   berpendapat   dalam berdiskusi. Terlebih bagi anak yang kurang
    menguasai   permasalahan yang menjadi bahan diskusi.
b.     Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Kelas   dibagi menjadi
    beberapa kelompok   kecil   terdiri atas 4--5 orang. Tempat berdiskusi
    diatur agar siswa   dapat berhadapan   muka dan bertukar pikiran dengan
    mudah.   Diskusi diadakan   dipertengahan   pelajaran atau   diakhir
    pelajaran dengan   maksud   menajamkan   pemahaman   kerangka   pelajaran,
    memperjelas   penguasaan bahan pelajaran atau menjawab   pertanyaan-
    pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap   individu
    membandingkan   persepsinya   yang   mungkin berbeda-beda   tentang
    bahan pelajaran, membandingkan   interpretasi dan informasi yang
    diperoleh masing-masing   individu yang dapat saling memperbaiki
    pengertian, persepsi, informasi, interpretasi, sehingga dapat dihindarkan
    kekeliruan-kekeliruan.


c.     Diskusi Panel Fungsi   utama diskusi panel adalah untuk   mempertahankan
    keuntungan   diskusi kelompok dengan situasi   peserta   besar, dimana
    ukuran   kelompok   tidak   memungkinkan    partisipasi kelompok   secara
    mutlak. Dalam artian panel memberikan   pada kelompok   besar keuntungan
    partisipasi yang dilakukan   orang lain   dalam   situasi diskusi yang
    dibawakan   oleh   beberapa peserta yang terplih. Peserta yang terpilih
    yang   melaksanakan   panel mewakili beberapa sudut pandangan yang
    dipertimbangkan   dalam   memecahkan masalah. Mereka    memiliki   latar
    belakang   pengetahuan   yang memenuhi syarat   untuk   berperan dalam
    diskusi   tersebut.   Forum panel   secara   fisik   dapat dihadiri   audience
    secara lansung   atau   tidak langsung (melalui TV, radio, dan sebagainya).
d.     Diskusi Kelompok. Suatu   kelas   dibagi   menjadi   beberapa   kelompok
kecil terdiri atas 3--6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan
diskusi dengan masalah   tertentu. Guru   menjelaskan garis   besar problem
kepada kelas, ia   menggambarkan   aspek- aspek masalah kemudian tiap-
tiap kelompok (syndicate) diberi topik   masalah yang sama atau berbeda-
beda selanjutnya   masing-masing kelompok   bertugas untuk   menemukan
kesepakatan jawaban penyelesaiannya. Untuk   memudahkan diskusi anak,
guru   dapat   menyediakan reference atau sumber-sumber informasi yang
relevan.   Setiap sindikat   bersidang   sendiri-sendiri   atau   membaca
bahan, berdiskusi   dan   menysusun   kesimpulan   sindikat.   Tiap-tiap
kelompok mempresentasikan kesimpulan hasil diskusinya   dalam 
sidang pleno untuk didiskusikan secara klasikal.
e.     Brain Storming Group. Kelompok   menyumbangkan ide-ide baru tanpa
    dinilai segera.   Setiap anggota kelompok   mengeluarkan   pendapatnya.
    Hasil   belajar yang diharapkan ialah agar   kelompok   belajar menghargai
    pendapat   orang lain, menumbuhkan   ide-ide   yang yang ditemukannya
    dianggap benar.
f.     Symposium. Beberapa orang membahas tentang aspek dari suatu   subjek
    tertentu   dan   membacakan di muka peserta   simposium   secara singkat
    (5--20 menit). Kemudian dikuti dengan sanggahan   dan pertanyaan   dari
    para penyanggah dan juga   dari   pendengar. Bahasan dan sanggahan itu
    selanjutnya dirumuskan oleh   panitia perumus sebagai hasil simposium.
g.     Informal Debate. Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya
    dan mendiskusikan   subjek yang cocok untuk   diperdebatkan   tanpa  

memperdebatkan peraturan perdebatan. Bahan yang cocok   untuk
diperdebatkan   ialah yang bersifat problematis,   bukan   yang bersifat faktual.
h.  Colloqium. Seseorang   atau beberapa orang manusia   sumber   menjawab
    pertanyaan-pertanyaan dari audiensi. Dalam kegiatan   belajar mengajar
    siswa/mahasiswa   menginterview   manusia    sumber, selanjutnya
    mengundang pertanyaan lain/tambahan dari   siswa mahasiswa lain.
i.     Fish Bowl. Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua
mengadakan   suatu   diskusi untuk   mengambil   suatu   keputusan. Tempat duduk diatur merupakan setengah lingkaran dengan   dua atau   tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi,   kelompok pendengar   duduk mengelilingi kelompok diskusi,   seolah-olah melihat ikan   yang berada dalam mangkuk (fish bowl).   Selama kelompok   diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang   ingin menyumbang pikiran dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilahkan berbicara ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah berbicara.

Kegunaan Metode Diskusi
Diskusi   sebagai   metode mengajar lebih   cocok   dan   diperlukan  apabila   kita (guru)   hendak   memberi   kesempatan kepada   siswa: untuk mengekspresikan kemampuannya,   berpikir kritis,   menilai perannya dalam diskusi,   memandang   masalah dari   pengalaman   sendiri dan pelajaran   yang diperoleh   di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut.   Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis,   menginterpretasi,   menarik kesimpulan, mengaplikasikan   teori,   dan mengkomunikasikan   pendapat. Disamping itu, metode   diskusi dapat   melatih   sikap anak menghargai pendapat   orang   lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan   pendapat yang
dikemukakannya. 
belajar kelompok

3 komentar

tulisan yang bagus..

Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat
interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau
berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri. Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi

Mintah permohonan bantuan kepada rekan rekan Google
Saya punya masalah, kelasnya banyak bermain ketika ngajar dengan mempertimbangkan hal ini saya memilih metode diskusi, metode diskusi ini seketika diskusi siswa harus mempresentasikan didepan kelas dan tiap kelompok harus mendaptkan bagian untuk menjelaskan materi tersebut. disini saya minta adalah bagaimana cara memilih judul dari situasi yang saya hadadapi diatas ini yang jelas metode diskusi tapi cara penulisan Judulnya?? hehe...........
Terima kasih sebelumya atas kesediaan saudara dan saudari.


EmoticonEmoticon