BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah:
Fisika merupakan ilmu dasar yang mempunyal peranan dalam mengungkap dan mendokumentasikan rahasia alam semesta secara ilmiah, berdasarkan sikap ilmiah untuk memperoleh aturan-aturan, hukum-hukum dan asas-asas Fisika. Menurut Dauglas, C. Giancoli (2001:1) Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Sedangkan menurut D.L Tobing (1996:1) Fisika merupakan cabang utama ilmu pengetahuan seperti kimia, botani, astronorni dan sebagainya; fisika mempunyal ciri khas ya(tu pelukisan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan pencatatan dan pengamatari individu dan Iangsung. Fisika merupakan bagian dan ilmu pengetahuan aiam yang mempelajari gejala-gejala alam dan inkraksinya, gejalagejala alam yang dipelajari terjadi pada benda atau maten yang dapat diamati (makro) serta benda-benda yang tidak dapat diamati secara langsung (mikro).
Belajar, menurutWS. Winkel (1 999: 53), merupakan suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan Iingkungannya dan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan nilal sikap yang bersifat konstan. Klein (2002:2) mengungkapkan learning can be defined as an experienced process resulting in a relatively permanent change in behavior that cannot be explained by temporary states, maturation or innate response tendencies. Belajar dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pengalaman yang menghasilkan perubahan yang relatif permanen dalam perilaku seseorang yang tidak dapat dijelaskan oleh kondisi kondisi yang sifatnya tidak tetap, serta merupakan .proses pematangan atau kecenderungan-kecenderungan respon bawaan. Dan proses pembelajaran akan diketahui hasil belajar. Blanton (1 998:171) mengungkapkan the objectives should encompass any areas of the three domains which are appropriate to the learning events: the cognitive, psychomotor and affective domains. Hash belajar merupakan segala perilaku atau kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran Fisika dimaksudkan agar siswa dapat mengerti bagian-bagian dasar dan benda-benda dan interaksi antarbenda, dan menerangkan gejala-gejala alam. Fisika sudah jelas mendukung teknologi, termasuk kerekayasaan (engineering), kimia, biologi dan lain-lain.
Pembelajaran fisika terkadang diberikan pendidik/guru hanya dengan menggunakan satu pendekatan yang dianggap cocok untuk bab tertentu. Guru lupa bahwa dalam satu pelajaran atau satu materi terdapat beberapa materi yang seharusnya diberikan dengan menggunakan pendekatan yang sesual dengan materi tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan berjalan maksimal karena penyampalan materi pada pelajaran fisika akan disampaikan dengan bermacamemacam pendekatan dengan menyesuaikan materi apa yang akan diajarkan dalam pelajaran fisika.
Umumnya pendektan yang digunakan dalam sains (IPA) digunakan pula dalam non IPA, seperti ilmu social atau yang lainnya. Pemilihan pendekatan tentu saja disesuaikan dengan karakteristik materi, situasi dan kondisi peserta didik serta sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Perlu diketahui tidak ada pendekatan yang cocok untuk semua materi, dan didalam pembelajaran suatu materi tertentu dapat saja mengunakan lebih dari satu pendekatan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran apa sajakah yang dapat digunakan oleh pendidik dalam mengajar?
2. Apakah pendekatan keterampilan proses sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
3. Apakah pendekatan sains, teknologi dan masyarakat sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
4. Apakah pendekatan kontruktivisme sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
5. Apakah pendekatan kooperatif sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
6. Apakah pendekatan kontekstual sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
7. Apakah pendekatan Starter experiment approach (SEA) sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
8. Apakah pendekatan fisika untuk semua dan dapat digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran fisika?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui jenis – jenis dari pendekatan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui apakah pendekatan keterampilan proses sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
3. Untuk mengetahui apakah pendekatan sains, teknologi dan masyarakat sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
4. Untuk mengetahui apakah pendekatan konstruktivisme sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
5. Untuk mengetahui apakah pendekatan kooperatif sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
6. Untuk mengetahui apakah pendekatan kontekstual sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
7. Untuk mengetahui apakah starter experiment approach (SEA) sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
8. Untuk mengetahui apakah pendekatan fisika untuk semua dalam sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Kajian teori
1. Jenis – jenis pendekatan pembelajaran.
Pendekatan diartikan sebagai langkah – langkah pembelajaran yang nasih bersifat filosofis, teoritis dan aksiomatis. Ciri utama suatu pendekatan adalah :
a. Adanya basis filosofis yaitu philosophical basis yang menelorkan prinsip dan atau hukum.
b. Adanya basis psikologis yaitu psychological basis yang menuju ke kemauan dan penggunaan proses pembelajaran yang menerapkan teori – teori perkembangan mental atau teori – teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dan
c. Adanya basis pedagogis yaitu pedagogical basis yang melahirkan seni mengajar dan mendidik.
Pendekatan pembelajaran juga dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari pendekatan pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Jika dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
2. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)
Didalam pembelajaran fisika ada beberapa macam dari pendekatan pembelajaran yaitu :
1. Pendekatan keterampilan proses
2. Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat.
3. Pendekatan fisika untuk semua (Physics for all approach)
4. Pendekatan kontruktivisme
5. Pendekatan kooperatif
6. Pendekatan kontekstual, dan
7. Starter experiment approach (SEA).
2. Pengertian pendekatan – pendekatan pembelajaran
a. Pendekatan keterampilan proses
Menurut azhar (1993 : 7) Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola atau memperoleh yang telah didapat dalam kegiatan belajar mengajar yang memberikan kemampuan seluas – luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapakan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut. Sedangkan menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses keterampilan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam pembelajaran khusus.
Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
1. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
2. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
3. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Dimiyati juga mengatakan bahwa pendekatan ketrampilan proses perlu digunakan dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan alasan – alasan berikut :
1. Percepatan perubahan IPTEK
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal.
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati. 2002 : 137)
b. Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat
Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran dikembangkan berdasarkanpada filosofis kontrukstivisme. Pendekatan ini didasarkan pada perkembangan IPTEK. Pendekatan sains teknologi dan masyarakat juga merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi lebih berarti. Karena didalam pendekatan ini berkaitan pada kehidupan yang nyata,dimana pada pembelajaran yang bersumber dari pendekatan sains, teknologi dan masyarakat disini siswa memilki perasaan, perhatian, kemauan,ingatan dan piliran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada kemampuan menyerap dan kemampuan belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi dan film semakin menjangkau siswa ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.
Kegiatan pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan terjadi belajar, apabila terjadi proses perubahan perilaku pada diri siswa sebagai hasil dari suatu pengalaman.
Ada beberapa penerapan dalam kegiatam pembelajaran :
1. Percepatan perubahan IPTEK
Percepatan perubahan IPTEK ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai satu – satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori. Untuk mengatasi hal – hal ini maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep dan prinsip pada diri siswa.
2. Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah ketrampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan.
3. Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses da memperoleh kebnaran ilmunyang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi apabila dibandingkan dengan keterbatasan dan keunggulan IPTEK
c. Pendekatan fisika untuk semua
Pendekatan physics for all approach merupakan pendekatan yang intinya memadukan semua pendekatan dalam kegiatan pembelajaran fisika. Pemaduan dilakukan dengan menekankan pada prinsip berkaitan antar satu unsur dengan unrsur lain, sehingga diharapkan terjadi peningkatan pemahaman yang lebih bermakna dan peningkatan wawasan karena satu pembelajaran melibatkan lebih dari satu cara pandang. Hal ini disebabkan tidak ada satu pun pendekatan yang paling cocok untuk satu pembelajaran, terutama pada pemebalajaran fisika, paling tidak ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran fisika untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pembelajaran fisika dimaksudkan agar siswa dapat mengerti bagian-bagian dasar dari benda dan interaksi antar benda, serta menerangkan gejala alam. Fisika sudah tentu mendukung teknologi termasuk engineering, kimia, biologi, dan lain-lain. Peningkatan pembelajaran fisika dengan pendekatan physics for all approach akan berjalan maksimal, karena penyampaian materi pada pembelajaran akan disampaikan dengan bermacam-macam pendekatan dengan mnyesuaikan materi apa yang akan diajarkan. Dengan demikian siswa akan peham betul mengenai konsep fisika. Semua pendekatan pembelajaran jika disesuaikan dengan meteri pembelajaran dapat meningkatkan pembelajaran fisika.
d. Pendekatan kontruktivisme
Pendekatan kontruktivisme menurut bell, driver dan leach adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik tersebut diatasi melalui pengalaman dan pengetahuan diri pada proses pembelajaran sehingga pengtahuan dibangun sendiri oleh siswa. Dengan kata lain pendekatan kontruktivisme adalah salah satu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivisme yaitu :
· Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
· Mengutamakan proses
· Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial
· Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Peran guru bukan memberiakn dan mentransfer pengetahuan tetapi membangkitkan kemampuan berfikir siswa dan belajar. Guru sebagai promotor pembelajaran yang mempromosikan fasilitas belajar agar siswa terbiasa belajar dan berlatih sendiri.
Adapun ciri – ciri dari pendekatan konstruktivisme ini adalah ;
1. Memberikan peluang murid untuk membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia yang sebenarnya.
2. Menggalakkan ide yang muncul dari murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif, mengambil sikap dan pembawaan murid
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
5. Menganggap pembelajaran suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
6. Menggalakkan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
e. Pendekatan kooperatif
Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani, 2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial( Ibrahim ,dkk, 2000:7 ). Slavin mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial (Chairani, 2003:3).
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu
Ciri-ciri tersebut menempatkan metode pembelajaran kooperatif ini unik, karena selain membantu siswa memahami materi pelajaran juga melatih kemampuan siswa dalarn kerja sama kelompok.Pada praktiknya metode pembelajaran kooperatif ini memiliki banyak metode atau teknik. Menurut Chairarri (2003: 3) Ada beberapa model dalam pembelajaran kooperatif yaitu: TGT (Teams-Games-Tournament), TAI (Teams Assisted Individualization), LT (Learning Together), Gl (Group Investigasion), Jigsaw, STAD (Student-Teams-Achievement-Division).
f. Pendekatan kontekstual
Pendekatan Kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
g. Starter experiment approach
Starter experiment approach merupakan pendekatan komprensif untuk proses pembelajaran yang mencakup beberapa strategi pembelajaran yang biasanya diterapkan secara terpisah dan berorientasi pada keterampilan proses. Pendekatan ini mempunyai ciri khusus yaitu mengetengahkan alam lingkungan sebagai penyulut (starter) selanjutnya, pembelajaran dilakukan dengan mempraktekan prinsip – prinsip metode ilmiah meliputi pengamatan, dugaan, desain percobaan, eksperimen dan hasil penelitian. Menurut Schoenher unsur – unsir dari pendekatan ini adalah ;
1. Mulai dengan pengamatan lingkungan
2. Memisahkan langkah – langkah penting seperti pengamatan, dugaan awal dan perumusan konsep
3. Bekerja dalam kelompok untuk menentukan langkah – langkah dan pelaksanaannya dalam pervobaan pembuktian.
4. Menyampaikan gagasan, pendekatan, konsep dan penerapan
5. Mendefinisikan kembali peranan guru sebagai simulator dan organisator dalam proses belajar.
6. Melampaui batas pengetahuan (ingatan) menjadi pemahaman dan
7. Memberikan motivasi kepada guru dan siswa.
B. Pembahasan
1. Pendekatan keterampilan proses
pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa dengan cara mengembangkan keterampilan memproses keterampilan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam pembelajaran khusus.
Pendekatan ini cocok digunakan dalam pembelajaran fisika, kerena pada hakikatnya pembelajaran Fisika dimaksudkan supaya siswa dapat mengerti bagian-bagian dasar dan benda-benda dan interaksi antarbenda, dan menerangkan gejala-gejala alam. Dengan pendekatan keterampilan proses ini diharapkan siswa dapat menemukan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam pembelajaran fisika.
2. Penggunaan pendekatan sains, teknologi dan masyarakat
Pendekatan ini sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran fisika Sebab pendekatan ini didasarkan pada perkembangan IPTEK. Pendekatan sains teknologi dan masyarakat juga merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kontekstual yang dapat membantu siswa untuk membuat pelajaran menjadi lebih berarti. Lingkungan siswa ini dapat berupa berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal dan pergaulan. Pendekatan ini menjangkau ke semua lingkungan siswa dan mendinamiskan motivasi siswa dalam belajar fisika, dimana fisika sangat berkaitan erat dengan lingkunag sekiar. Fisika sudah jelas mendukung teknologi, termasuk kerekayasaan (engineering), kimia, biologi dan lain-lain.
3. Pendekatan kontruktivisme
pendekatan kontruktivisme adalah salah satu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivisme yaitu :
· Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
· Mengutamakan proses
· Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial
· Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Guru sebagai promotor pembelajaran yang mempromosikan fasilitas belajar agar siswa terbiasa belajar dan berlatih sendiri.
Adapun ciri – ciri dari pendekatan konstruktivisme ini adalah ;
a) Memberikan peluang murid untuk membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia yang sebenarnya.
b) Menggalakkan ide yang muncul dari murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran
c) Menyokong pembelajaran secara koperatif, mengambil sikap dan pembawaan murid
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
e) Menganggap pembelajaran suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
f) Menggalakkan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
Dalam pembelajaran fisika sangat berkaitan dengan keterampilan ekperimen dan kecakapan dalam kajian materi. Pendekatan pembelajaran kontruktivisme sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
4. Pendekatan kooperatif
Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan social. Mengingat bahwa tujuan pembelajaran fisika juga siswa dapat mengaplikasikan unsur afektif saat pemebelajaran pada kehidupan masyarakat. Maka pendekatan kooperatif sesuai dan dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
5. Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Pendekatan ini sesuai bila dierapkan dalam pembelajaran fisika . Karena fisika ,baik secara langsung maupun tidak langsung, berkaitan dengan alam dan kehidupan nyata. Fisika juga terkait dengan penerapan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pendekatan ini relevan dengan pembelajaran fisika.
6. Starter experiment approach
Pendekatan ini mempunyai ciri khusus yaitu mengetengahkan alam lingkungan sebagai penyulut (starter) selanjutnya, pembelajaran dilakukan dengan mempraktekan prinsip – prinsip metode ilmiah meliputi pengamatan, dugaan, desain percobaan, eksperimen dan hasil penelitian. Pendekatan ini sesuai dan dapat digunakan dalam pemelajaran fisika. Pendekatan SEA memiliki keuntungan sebagai berikut.
· Dapat menarik minat siswa untuk mempelajari fisika
· Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa
· Membiasakan siswa berfikir dan bertindak ilmiah
· Memperlihatkan adanya keterkaitan fisika dengan lingkungan
· Menjadikan fisika sebagai pelajaran yang disenangi dan dinantikan siswa, tidak lagi sebagai pelajaran yang menakutkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari permasalahan yang telah dibahas dalam bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Dalam pembelajaran fisika ada beberapa macam dari pendekatan – pendekatan pembelajaran, diantaranya yaitu :
· Pendekatan keterampilan proses
· Pendekatan sains, teknologi dan masyarakat.
· Pendekatan fisika untuk semua
· Pendekatan kontruktivisme
· Pendekatan kooperatif
· Pendekatan kontekstual, dan
· Starter experiment approach (SEA).
2. pendekatan keterampilan proses sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
3. pendekatan sains, teknologi dan masyarakat sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
4. pendekatan konstruktivisme sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
5. pendekatan kooperatif sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
6. pendekatan kontekstual sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
7. starter experiment approach (SEA) sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
8. pendekatan fisika untuk semua dalam sesuai dan dapat digunakan dalam mata pelajaran fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abu Hamid. 2011. Pembelajaran Fisika di Sekolah. Yogyakarta: P2IS FMIPA UNY.
Alpandie, I. (1999). Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha
Nasional.
Rahman, T. (2006). Pendekatan dan metode dalam Program Pembelajaran
Praktikum. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjendikti
Depdikbud.
Supriyadi. 2008. Seri Strategi Dan Managemen Pembelajaran Fisika. Yogyakarta : Tempelsari Books Co
Yuli Prihatni. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Fisika dengan “Physics All Approach”. Dalam http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3408381389.pdf/ diakses november 2011
EmoticonEmoticon